BATIK
NUSANTARA
Batik
adalah gambar atau lukisan yang dibuat pada kain, dengan bahan lilin dan
pewarna dengan menggunakan alat canthing dan atau kuas, serta teknik tutup
celup.
BATIK
JAWA HOKOKAI
Batik jawa hokokai dihasilkan
dengan teknik tulis. Batik ini berupa kain panjang yang dipola pagi – sore (dua
corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa
itu. Maklum, karena zaman itu zaman yang susah. Pengaruh batik ini sangat
terasa pada batik – batik di pesisir utara Jawa Tengah. Lazimnya, batik jenis
ini dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing – masing mempunyai peranan
dalam hal proses pembatikan yang berbeda.
Motif yang dominan ditampilkan adalah kupu – kupu dan kuncup
bunga sakura dengan latar belakang corak Jawa tradisional, seperti parang,
kawung, dan sidomukti. Ada yang berbentuk burung merak yang mengembangkan bulu
ekor yang indah. Motif ini terkenal dengan sebutan merak ngigel. Semuanya
dibentuk dari arsir garis halus dalam corak dan bentuk yang dikerjakan dengan
sentuhan yang sangat halus.
Contoh : Batik Sido Mukti, Batik Kawung dan Batik Parang
Motif bunga, sering digunakan untuk batik jawa hokokai, namun sebenarnya motif – motif itu telah ada sebelum Jepang datang. Motif bunga, ternyata telah dikerjakan pada 1940.
Motif kupu – kupu adalah pengaruh juragan Cina yang membuat batik di bengkel – bengkel mereka. Kain batik pagi – sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan merupakan ciri khas batik hokokai, karena ada kain pagi – sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Pada 1950–an, batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik jawa hokokai, yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen – isen (latar belakang) – nya tak serapat batik hokokai.
Contoh : Batik Sido Mukti, Batik Kawung dan Batik Parang
Motif bunga, sering digunakan untuk batik jawa hokokai, namun sebenarnya motif – motif itu telah ada sebelum Jepang datang. Motif bunga, ternyata telah dikerjakan pada 1940.
Motif kupu – kupu adalah pengaruh juragan Cina yang membuat batik di bengkel – bengkel mereka. Kain batik pagi – sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan merupakan ciri khas batik hokokai, karena ada kain pagi – sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Pada 1950–an, batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik jawa hokokai, yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen – isen (latar belakang) – nya tak serapat batik hokokai.
BATIK ANEKA
Batik Aneka yang berpusat di kota Jayapura, Papua berdiri
atas inisiatif Pemerintah Papua melalui sebuah yayasan yaitu Yayasan
Pembangunan Papua. Batik Aneka merupakan pelopor batik yang pertama kali di
Papua. Pada awal berdirinya, Batik Aneka memang di dedikasikan untuk masyarakat
asli Papua baik dari sisi managemen maupun desain batik sehingga
keorisinalitasnya dapat terjaga. Sengaja di datangkan guru batik dari Jawa dan
Mancanegara supaya mereka (para staf desain Batik Aneka kala itu) dapat menimba
ilmu desain dan manajemen kemudian menerapkannya pada Batik Papua. Namun dalam
berkembangannya Batik Aneka kemudian di ambil alih oleh pemilih Batik yang
sekarang (bukan masyarakat asli papua). Saat ini Batik Aneka mendesain dan
memasarkan sendiri produk – produk mereka. Cabang Batik Aneka ada di kota
Sorong dan Timika.
BATIK PONOROGO (JAWA TIMUR)
Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di
Ponorogo. Disebutkan masalah seni batik di daerah Ponorogo erat hubungannya
dengan perkembangan kerajaan Islam dan kerajaan – kerajaan dahulu.
Konon di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari Kerajaan Majapahityang bernama Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah Masjid di daerah Patihan Wetan. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah Perang Dunia I yang dibawa oleh seorang China bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke – 20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha – pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha – pengusaha batik di Ponorogo.
Akibat dikenalnya batik cap maka produksi ponorogo setelah Perang Dunia I sampai pecahnya Perang dunia II terkenal dengan batik kasarnya yaitu “ Batik Cap Mori Biru ”. Pemasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenel seluruh Indonesia.
Konon di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari Kerajaan Majapahityang bernama Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah Masjid di daerah Patihan Wetan. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah Perang Dunia I yang dibawa oleh seorang China bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke – 20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha – pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha – pengusaha batik di Ponorogo.
Akibat dikenalnya batik cap maka produksi ponorogo setelah Perang Dunia I sampai pecahnya Perang dunia II terkenal dengan batik kasarnya yaitu “ Batik Cap Mori Biru ”. Pemasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenel seluruh Indonesia.
BATIK SOLO
Batik solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya
batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan – bahan yang
dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan – bahan dalam
negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dulu. Polanya tetap
antara lain terkenal dengan “sidomukti” dan “sidoluhur”.
BATIK CIAMIS
Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa
Tengah dan pengaruh dari daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan.
Sampai awal – awal abad ke – XX pembatikan di Ciamais berkembang sedikit demi
sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pemasaran.
BATIK YOGYAKARTA
Batik Yogyakarta adalah salah satu dari batik Indonesia yang
pada awalnya dibuat terbatas untuk kalangan keluarga keraton saja. Setiap motif
yang terwujud dalam goresan canthing pad kain batik Yogyakarta adalah sarat
akan makna, adalah cerita. Hal ini yang membedakan batik Yogyakarta dengan
batik – batik lain, yang menjaga batik Yogyakarta dengan batik – batik lain,
yang menjaga batik – batik Yogyakarta tetap memiliki eksklusifitas dari sebuah
mahakarya seni dan budaya Indonesia.
BATIK MOJOKERTO
Daerah pembatikan di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari,
Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah Jombang. Pada
akhir abad ke – XIX ada beberapa kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto,
bahan – bahan yang di pakai waktu itu kain putih yang di tenun sendiri dan obat
– obat batik dari soga jambal , mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
Ciri khas dari batik Kalangbret adalah hampir sama dengan batik – batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lebih dari satu abad yang lalu adalah di Desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sbagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan sudah dikenal sejak zaman Majapahit namun perkembangan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah, Surakarta dan Yogyakarta (pada zaman kerajaan di daerah ini). Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
Ciri khas dari batik Kalangbret adalah hampir sama dengan batik – batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Tempat pembatikan yang dikenal sejak lebih dari satu abad yang lalu adalah di Desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sbagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
Meskipun pembatikan sudah dikenal sejak zaman Majapahit namun perkembangan batik mulai menyebar pesat di daerah Jawa Tengah, Surakarta dan Yogyakarta (pada zaman kerajaan di daerah ini). Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
BATIK PEKALONGAN
Para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini
kemudian mengembangkan usaha batik di sekitar daerah pantai ini, yaitu selain
di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di daerah Buwaran, Pekajang
dan Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah ini hampir bersamaan dengan
pembatikan daerah – daerah lainnya yaitu sekitar abad ke – XIX. Perkembangan
pembatikan di daerah – daerah luar selain dari Yogyakarta dan Solo erat
hubungannya dengan perkembangan sejarah kerajaan Yogya dan Solo.
BATIK TEGAL
Pembatikan dikenal di Tegal akhir abad ke – XIX dan bahwa
yang dipakai waktu itu buatan sendiri yang diambil dari tumbuh – tumbuhan :
pace / mengkudu, nila, soga kayu dan kainnya tenunan sendiri. Warna batik Tegal
pertama kali adalah sogan dan babaran abu – abu setelah dikenal nila pabrik,
dan kemudian meningkat menjadi warna merah – biru. Pasaran batik tegal pada
waktu itu sudah keluar daerah antara lain Jawa Barat dibawa sendiri oleh
pengusaha – pengusaha secara jalan kaki dan mereka inilah menurut sejarah yang
yang mengembangkan batik di Tasikmalaya dan Ciamis disamping pendatang –
pendatang lain dari kota – kota batik Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar